Pilih Rangka Atap Baja Ringan atau Kayu? Simak penjelasan Dosen Universitas Nusa Putra Ini!

Pilih Rangka Atap Baja Ringan atau Kayu? Simak penjelasan Dosen Universitas Nusa Putra Ini!

material kayu untuk membangun atap rumah paling banyak digunakan. Namun, sehabis tersedia rangka atap baja ringan, material atap rumah mulai banyak berubah mengfungsikan baja ringan. Nah, bagi kamu yang tetap bingung menentukan rangka atap kenakan baja gampang atau kayu untuk pembangunan rumahnya, simak pejelasan dari Dosen Teknik Sipil, Universitas Nusa Putra (NPU) Sukabumi, Paikun.


Menurut Paikun, sedikitnya tersedia empat faktor perbandingan rangka atap baja gampang bersama kayu yang sanggup dijadikan pertimbangan. Pertama, faktor harga beli terhitung cost pasangnya. Jika dibandingkan berdasarkan kelas penggunaannya, kata dia, antara rangka atap kayu kelas satu dan baja gampang kelas satu, harganya lebih mahal rangka atap kayu. “Kayu lebih mahal harga pembelian dan upah pemasangannya,” ujar Paikun.


Dari perbandingan yang ia lakukan, antara pemakaian rangka atap baja gampang kelas satu bersama kayu kelas dua saja. Hasilnya, kata dia, pekerjaan rangka atap baja gampang bersama spesifikasi kanal C 7,5 cm tidak tipis 0,75 mm biayanya cuma Rp.160.000 per meter persegi, sedangkan bersama kayu kelas dua menggapai Rp.206.000 per meter persegi. “Kedua analisa selanjutnya pekerjaannya cocok Standar Nasional Indonesia (SNI), tetapi belum terhitung pekerjaan penutup atap atau gentingnya,” terangnya.


Aspek kedua, kata Paikun, faktor mutu material yang tentang bersama usia pakai. Untuk material kayu, menurutnya, perlakukan yang serupa berdasarkan kelasnya dapat menghasilkan usia mengfungsikan yang berbeda.  Kayu kelas dua dan kelas satu, lanjut dia, kalau dilindungi dari masuknya air keawetannya sanggup menggapai 15-20 tahun, sedangkan kayu kelas tiga sanggup awet hingga 10 tahun Mega Baja .


“Apalagi kalau kayu tidak berhubungan bersama tanah lembab dan dilindungi terhadap kelemasan, keawetan kayu kelas satu dan dua sanggup tak terbatas. Dan kayu kelas satu itu tidak dapat di serang rayap, untuk kelas dua jarang di serang rayap, sedangkan kayu kelas tiga relatif cepat di serang rayap,” kata Paikun.


Sedangkan untuk mutu usia mengfungsikan rangka atap baja ringan, sanggup diketahui dari spesifikasinya. Menurutnya, kelemahan utama baja gampang adalah karat, karena itu perlu spesifikasi tertentu agar tahan lama. Dia memberi saran menentukan material baja gampang yang bergaransi karat sedikitnya 25 tahun, agar tingkat keawetannya sanggup menggapai 50 tahun.


Paikun mengaku belum mengetahui berapa usia baja gampang hingga berkarat yang tidak tersertipikasi. Untuk yang tidak tersertipikasi biasanya, kata dia bergantung spesifikasi bahan baja ringannya. “Ada yang mengfungsikan bahan Galfalum tersedia terhitung yang mengfungsikan Galfanis, spesifikasi yang mengfungsikan Galfalum dapat lebih tahan lama dari karat,” jelasnya.


Jadi dari faktor perbandingan mutu dan usia pakai, asumsi Paikun, untuk kayu bergantung kelas kayu dan perlakuannya.  Dan untuk baja gampang sangat bergantung kepada tersertipikasi atau tidak spesifikasi baja ringannya. Namun, menurut pengalamannya, faktanya sering ditemukan rangka atap kayu yang lebih dari satu tetap bagus dan lebih dari satu telah rapuh, hal itu menurutnya berjalan karena mengfungsikan kayu secara acak, atau kualitasnya tidak sama.


“Karena sesungguhnya suasana waktu ini untuk memperoleh kayu cocok mutu yang di inginkan mulai kesulitan. Untuk pemakaian mutu kayu yang acak, maka sebaiknya 5 tahun telah kudu di cek,” arahan Paikun.


“Sedangkan, kalau mengfungsikan spesifikasi baja gampang yang tidak tersertifikasi, maka sehabis usia 10 tahun kudu di cek, telah berkarat atau belum, kalau telah berkarat, maka sebaiknya langsung diganti,” imbuhnya.


Aspek ketiga, faktor pemeliharaannya. Aspek ini, menurutnya sangat erat kaitannya bersama pemakaian spesifikasi penutup atap atau genting. Pada umumnya, kata Paikun, pemakaian rangka atap baja gampang sering paket bersama genteng metal, sedangkan rangka atap kayu tetap jarang yang mengfungsikan genteng metal.


Apabila keduanya sama-sama mengfungsikan genteng metal, menurutnya rangka atap baja gampang hampir tidak kudu perawatan, sedangkan terhadap rangka kayu sering lebih cepat keropos terhadap material rengnya. Tapi, tetap menurutnya, misalnya sama-sama mengfungsikan genting tak sekedar genteng metal, kalau mutu gentengnya tidak bagus, mungkin tetap berjalan rembes air, tak sekedar rembes terhitung sanggup merosot atau bocor.


“Kemungkinan tersedia rembesan air hujan yang lumayan membasahi kayu atau baja ringan, tetapi baja gampang lebih tahan lama, tetapi kayu kalau kena rembesan air dapat mempercepat keropos, biasanya terhadap bagian reng atau kaso. Jadi, perawatan rangka kayu yang mungkin cepat di perbaiki adalah reng dan usuk atau kaso,” ujarnya.


Sedangkan kekurangan rangka atap baja ringan, kata Paikun, misalnya satu berkarat mungkin besar sepenuhnya berkarat, agar itu bukan kembali perawatan, tetapi ganti total. “Jadi asumsi dari faktor perawatan, pemakaian rangka atap baja gampang hampir tidak tersedia perawatan, tetapi kalau telah berkarat kudu diganti semua. Sedangkan mengfungsikan rangka kayu kudu tersedia perawatan,” ucapnya.


Aspek terakhir, kata Paikun, faktor efek lingkungan hidup. Pertama, kata dia, sanggup diamati dari faktor kesehatan. Rangka atap mengfungsikan kayu, menurutnya tidak berdampak untuk kesehatan. Sedangkan untuk rangka atap baja ringan, sanggup diamati dari bahan dasar dan standar atau syarat-syarat kandungannya berdasarkan SNI.


Carbon Steel  adalah bahan dasar pembuatan baja ringan. Carbon Steel, menurutnya adalah baja yang terdiri dari elemen-elemen yang takaran maksimum tak sekedar bajanya sendiri itu terdiri dari unsur, carbon (1,70 persen), manganese (1,65 persen), silicon (0,60 persen) dan coppe (0,60 persen). “Dengan ada syarat-syarat yang ditentukan oleh SNI, kalau kami menentukan baja yang cocok SNI, maka baja gampang tidak dapat berdampak jelek terhadap kesehatan,” ujarnya.


Lebih lanjut menurutnya, yang kudu dipertimbangkan, pemakaian kayu waktu ini telah tidak sebanding bersama memproduksi kayu, hal itu mengetahui dapat berdampak jelek bagi lingkungan hidup. “Untuk material baja gampang terhitung mengfungsikan bahan baku hasil alam dari dari tambang, agar beresiko atau tidak terhadap lingkungan kudu kajian yang sangat mendalam, tetapi sepanjang bahan bakunya melimpah maka tidak beresiko untuk lingkungan,” jelasnya.


Yang kedua, menurut Paikun dari faktor limbah. Limbah rangka atap dari kayu mungkin cuma jadi kayu bakar, sedangkan limbah baja gampang sanggup di daur ulang. Karena itu menurutnya, kalau diamati dari faktor lingkungan dari faktor limbah, suasana waktu ini tetap lebih baik mengfungsikan baja ringan.


“Bagi yang mempunyai lumayan cost atau mereka yang tinggal dipedesaan dan membawa pohon kayu, tentu tetap menentukan mengfungsikan kayu. Tetapi, kalau tidak mempunyai kebun kayu atau biayanya tidak lumayan untuk membeli material kayu, rangka atap baja gampang sanggup jadi solusinya,” pungkasnya.\

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Peran Teknologi dalam Transformasi Supplier Geotextile di Bandung

Memahami Tujuan Pendapat: Perspektif dan Tujuan dalam Menyampaikan Pendapat

Peran Vital Welder dalam Industri Manufaktur dan Konstruksi Modern